MENJALANKAN AMANAH
Hadirin jamaah jum’at rahimakumullah!
Dalam hadits riwayat Imam Muslim,
diceritakan bahwa suatu ketika Abu Dzar al Ghifari r.a berkata kepada
Rasulullah:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي
“Wahai Rasulullah, jadikanlah saya sebagai seorang pejabat?”
Mendengar permintaan dari Abu Dzar al
Ghifari Rasulullah saw menepuk bahu Abu Dzar r.a dengan tangan beliau seraya
bersabda:
يَا أَبَا
ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ
فِيهَا
“Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau ini lemah (untuk memegang
jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Dan sesungguhnya pada hari kiamat ia
adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq
dan melaksanakan tugas dengan benar.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain Rasulullah saw
berkata:
يَا أَبَا
ذَرٍّ إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيفًا وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي لَا
تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْنِ وَلَا تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيمٍ
“Wahai Abu Dzar, sungguh saya melihatmu sangat lemah, dan saya
menginginkan untukmu seperti yang saya kuinginkan untuk diriku. Janganlah kamu
menjadi pemimpin (walau) atas dua orang dan jangan kamu mengurus harta anak
yatim.” (HR. Muslim)
Riwayat di atas merupakan pelajaran yang
sangat berharga bagi siapa saja yang akan melakukan pemilihan seseorang untuk
memangku suatu jabatan. Pelajaran bagi kepala kantor, kepala departemen, bahkan
kepala negara jika akan mengangkat atau menempatkan seseorang dalam jabatan
tertentu. Pelajaran juga bagi bawahan atau rakyat jika diberi amanah untuk
memilih pemimpin.
Hadirin jamaah jum’at yang berbahagia
Sudah jelas bahwa Islam menghendaki
pemimpin yang amanah, bertaqwa dan diridhai Allah SWT, sebagaimana diriwayatkan
bahwa Rasulullah saw bersabda :
مَنِ
اسْتَعْمَلَ رَجُلاً مِنْ عِصَابَةٍ وَفِيْهِمْ مَنْ هُوَ أَرْضَى اللهُ مِنْهُ
فَقَدْ خَانَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَالْمُؤْمِنِيْنَ.
“Barang siapa mempekerjakan (memberi jabatan) seseorang dari suatu
kelompok, sementara ditengah-tengah mereka ada orang yang lebih diridhoi Allah
dari pada yang dia pekerjakan, maka dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya,
dan Kaum Mu’minin.” (HR Al Hakim, dalam Al Mustadrak, dia
mengatakan: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ
يُخَرِّجَاهُ [3])
Namun hal menarik dalam hadits pertama
adalah penolakan beliau saw untuk mengangkat Abu Dzar ra sebagai pejabat,
sementara Abu Dzar ra (Jundub bin Junadah) tidaklah diragukan ketaqwaannya,
beliau termasuk as sâbiqûnal awwalûn, orang-orang yang pertama kali memeluk
Islam.
Imam adz Dzahabi berkata tentang Abu
Dzar:
وَكَانَ رَأْساً
فِي الزُّهْدِ وَالصِّدْقِ وَالعِلْمِ وَالعَمَلِ قَوَّالاً بِالحَقِّ لاَ تَأْخُذُهُ
فِي اللهِ لَوْمَةُ لائِمٍ عَلَى حِدَّةٍ فِيْهِ
“(Abu Dzar) merupakan pemuka dalam hal zuhud, kebenaran, ‘ilmu,
‘amal, suka berbicara terang-terangan tentang kebenaran tidak peduli celaan
para pencela”
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa
kesholehan seseorang tidak cukup untuk menjadikan dirinya layak menjadi
pemimpin, apalagi kalau fasiq. Namun disamping kesholehan, Rasulullah
mensyaratkan adanya kemampuan dan kecakapan untuk menanggung beban-beban
kepemimpinan, kemampuan untuk menjalankan amanah Allah atas kepemimpinan, dan
kemampuan untuk memelihara setiap urusan yang dipimpinnya sesuai dengan
ketentuan dan hukum-hukum Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا ضُيِّعَتْ
الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ
إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ
السَّاعَةَ
"Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran
terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat
disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada
ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (BUKHARI-6015)
Hadirin jamaah jum’at yang berbahagia
Namun demikian, kesholehan dan ketaqwaan
seseorang tetaplah menjadi hal pertama yang harus diperhatikan, baru kemudian
kemampuan mengemban amanah, karena iman dan taqwa adalah modal utama untuk
mendapatkan kebahagiaan, kedamaian, kesejahteraan bersama.
ان رسول الله
صلى الله عليه وسلم قال: كللكم راع فمسؤل عن رعيته
“Setiap kamu adalah
pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Seorang suaminya punya tanggung jawab
terhadap anak-istrinya, guru punya tanggung jawab kepada anak didiknya, pejabat
pemerintah punya tanggung jawab terhadap rakyatnya. Kita punya tanggung jawab
terhadap diri kita masing-masing agar terjaga dari api neraka.
Semoga Allah memunculkan pemimpin
pemimpin umat yang diridhainya, dan kita diberi kemampuan untuk melahirkan
pemimpin-pemimpin seperti itu. Mudah-mudahkan Allah menjadikan
pemimpin-pemimpin negara kita pemimpin yang berbakti kepada Allah, takut akan
siksa-Nya dan hanya mengharap ridha-Nya, sehingga negara kita menjadi negara
yang Bal Datun Toyyibatun Wa Robbun Ghofur. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar